Agama Buddha Mahayana adalah universal.[1] Pada waktu itu seorang brahmana bernama Asvaghosa yang terkenal sebagai ahli filsafat, sastra dan seni suara, berasal dari india utara. Ia mengembara kearah selatan, hingga akhirnya tiba di Ceylon dan mempelajari filsafat Buddhisme dan akhirnya ia memeluk agama Buddha. Mencari keselamatan dalam Agama Buddha bukan dengan memajang ornamen Buddhis di berbagai sisi rumah, membuat tato di badan berupa simbol-simbol buddhis agar terhindar dari mara bahaya, atau pergi ke tempat-tempat keramat, dan membawa jimat. Bukan, bukan seperti itu. dalam agama Buddha, Samadhi dan meditasi memiliki arti yang sama.Kemudian, dalam agama Hindu, Samadhi bertujuan untuk menemukan kebahagiaan, mencapai moksha (kebebasana abadi), sedangkan salah satu tujuan utama dalam agama Buddha adalah membebaskan diri dari dukkha (penderitaan)8. 7Sodiqin, Meditasi dalam Agama Buddha, (Yogyakarta:2010)
A. Ajaran Tantra, Yantra, dan Mantra. Dalam melaksanakan puja bhakti kepada Brahman, umat Hindu diberikan kebebasan untuk dapat mewujudkan bentuk Śraddhā tersebut. Secara umum bentuk bhakti umat Hindu dapat dilakukan dengan melibatkan aspek: yantra, tantra, mantra, yajña, dan yoga. Yantra adalah alat atau simbol-simbol keagamaan yang

Sang Buddha dalam berbagai khotbahnya menekankan pada pentingnya untuk menjaga pikiran. Bahagia atau menderitanya seseorang, ditentukan oleh pikiran yang dapat dikendalikan dan dijaga dengan baik. Apabila seseorang tidak mampu menjaga pikiran dengan baik maka hal tersebut bisa menjadi penyebab timbulnya berbagai bentuk penyakit, mulai dari

Dalam agama Buddha, mantra dinyanyikan dalam meditasi dan untuk mencapai pencerahan. Mantra yang paling sederhana dan paling terkenal adalah “Om,” yang dikenal sebagai “mantra pranava,” atau mantra tertinggi. (Dalam bahasa Sanskerta, prana berarti “kekuatan hidup”.) Banyak kelas yoga membuka dan menutup dengan nyanyian mantra ini.
Dalam proses penyujian diri, Agama Buddha mengajarkan bertapa, upasatha, dan meditasi. Agama Hindu mengajarkan peribadatan atau ritual hari-hari besar Sang Hayang Widhi, seperti upacara Melasti, selain itu juga bisa dilaksanakan dengan melakukan sembahyang yang berisikan Puja, (doa) pratana, japa dan juga mantra.
Dicatat Biksu Kukai – pendiri Shingon dan pencipta aksara (Jepang) Hiragana. Mantra-mantra atau dharani Buddhis yang ditemukan di Jawa banyak erat kaitannya dengan mantra-mantra yang biasa dipakai oleh Tantrayana Tiongkok/Jepang. Kukai membawa serta naskah Sanskrit/Siddhamatrka dari Tiongkok ke Jepang yang mana banyak sekali korelasinya

Konsep ahimsa dalam Hinduisme tidak seketat agama Buddha dan Jainisme, karena jejak keberadaan praktik-praktik pengorbanan dapat ditelusuri dalam kitab-kitab Weda, contohnya mantra-mantra untuk kurban kambing (dalam Regweda), kurban kuda (Aswameda, dalam Yajurweda), dan kurban manusia (Purusameda, dalam Yajurweda), sedangkan dalam ritus

.
  • 7co4m9w8o8.pages.dev/188
  • 7co4m9w8o8.pages.dev/876
  • 7co4m9w8o8.pages.dev/170
  • 7co4m9w8o8.pages.dev/652
  • 7co4m9w8o8.pages.dev/722
  • 7co4m9w8o8.pages.dev/978
  • 7co4m9w8o8.pages.dev/749
  • 7co4m9w8o8.pages.dev/611
  • 7co4m9w8o8.pages.dev/820
  • 7co4m9w8o8.pages.dev/762
  • 7co4m9w8o8.pages.dev/625
  • 7co4m9w8o8.pages.dev/770
  • 7co4m9w8o8.pages.dev/727
  • 7co4m9w8o8.pages.dev/386
  • 7co4m9w8o8.pages.dev/175
  • mantra dalam agama buddha